Tanda dari suatu negara berkembang adalah pesatnya pertumbuhan dan pembangunan negara tersebut. Semakin banyak pembangunan makin banyak pula bahan bangunan yang dibutuhkan. Karena kebutuhan batu bata yang meningkat, kerusakan tanah akibat pembuatan batu bata meningkat pula. Batako dipilih sebagai alternatif pengganti batu bata karena penggunaannya dianggap lebih cepat. Batako ringan cocok untuk negara rawan gempa seperti Indonesia. Salah satu inovasi batako ringan adalah mengganti pasir dengan Styrofoam. Hal ini juga bermanfaat untuk menanggulangi limbah sampah yang tidak dapat diurai oleh bumi. Pembuatan batako ringan dengan Styrofoam diberikan bahan tambah fly ash agar nilai kuat tekan dari batako ringan ini naik. Pada penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu pengujian material dan pembuatan benda uji dengan variasi campuran batako ringan yaitu 0% ( batako normal), 10% fly ash, 20% Styrofoam + 10% fly ash, 40% Styrofoam + 10% fly ash dan 60% Styrofoam + 10% fly ash yang dilakukan pengujian kuat tekan dan penyerapan air pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Pada umur 28 hari, diperoleh nilai kuat tekan terbesar terdapat pada variasi campuran 10% fly ash yaitu sebesar 135 kg/cm² sedangkan nilai kuat tekan terendah terdapat pada variasi campuran 60% Styrofoam + 10% fly ash sebesar 10.42 kg/cm2. Dari semua variasi campuran Styrofoam, hanya variasi 20% Styrofoam + 10% fly ash yang memenuhi standar mutu dengan nilai sebesar 36.25 kg/ cm² dimana masuk ke dalam mutu IV.

The mark of a developing country is the rapid growth and development of the country. The more construction the more building materials are needed. Due to the increasing need for bricks, soil damage from brick making is increasing as well. Solid brick is chosen as an alternative bricks because the implication more faster than other brick. Lightweight brick is suitable for earthquake prone countries like Indonesia. The new innovation of lightweight concrete blocks is to replace the sand with Styrofoam. It is also useful to reduce anorganic waste. In this study of lightweight brick construction with Styrofoam given the added material of fly ash so that the compressive strength value of this lightweight brick is rising. The variation of this lightweight concrete mix is 0% (normal brick), 10% fly ash, 20% Styrofoam + 10% fly ash, 40% Styrofoam + 10% fly ash and 60% Styrofoam + 10% fly ash with 7 days , 14 days and 28 days age. At the age of 28 days, the largest compressive strength was found in a mixture of 10% fly ash of 135 kg / cm² while the lowest compressive strength value was found in 60% Styrofoam + 10% fly ash mixed variation of 10.42 kg / cm2. Of all the variations of the Styrofoam mixture, only 20% Styrofoam + 10% fly ash meets the quality standard with a value of 36.25 kg / cm² which goes into IV quality