Paris Agreement adalah kesepakatan global untuk menghadapi perubahan iklim, yang mendorong transisi energi di berbagai sektor, termasuk industri penerbangan. Bandara Sultan Iskandar Muda berperan dalam mendukung transisi energi dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energi baru dan terbarukan yang menghasilkan energi bersih. Penelitian ini membahas metode pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (Solar PV) yang memiliki karakteristik variabel dan tidak pasti, untuk menyediakan suplai listrik bersih yang andal dan kontinu dalam operasi bandara sehari-hari. Metode yang digunakan mencakup pemodelan operasi bandara melalui pengumpulan informasi yang akurat mengenai peralatan listrik, luas area, dan pembagian instalasi kelistrikan. Pemodelan yang tepat memungkinkan perhitungan kebutuhan suplai listrik dan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya yang dapat dibangun. Penjaminan pasokan energi dari pembangkit energi terbarukan yang bersifat intermittent dapat ditingkatkan dengan estimasi sumber energi yang lebih akurat dan fleksibilitas sistem tenaga listrik melalui penyediaan cadangan operasi yang optimal. Hasil desain sistem PLTS yang disimulasikan untuk Bandara Sultan Iskandar Muda memiliki kapasitas terpasang sebesar 523 kWp, menggunakan 951 panel berkapasitas 550 Wp dan 5 inverter berkapasitas 100 kW dengan nilai performance ratio 84,9%. Total penghematan energi listrik sebesar 19% per tahun, dan efisiensi biaya penyediaan listrik sebesar Rp 705,88 Rp/kWh, atau penghematan 11,19% dari total biaya listrik bandara per tahun.