Pemakaian batubara sebagai sumber energi pembangkit Listrik mengalami peningkatan yang signifikan. PLN sebagai penyedia listrik yang memiliki PLTU Batubara sebesar 18 Giga Watt dalam mendukung program green energy mentargetkan produksi green energy dari co-firing PLTU sebesar 12,710 GWh hingga tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut, seluruh PLTU melakukan uji coba dan implementasi co-firing sampai dengan 100% co-firing atau batas maksimal yang paling efektif. PLTU Sumbawa Barat yang berlokasi di kabupaten Sumbawa Barat kapasitas 2x7 MW tipe Stocker menyuplai kelistrikan Sistem Sumbawa-Bima sebesar 10% dari kebutuhan. PLTU ini secara desain lebih fleksible untuk menggunakan biomassa. Namun dalam implementasinya terdapat tantangan yakni perbedaan karakteristik, cara pengumpanan, ketidakstabilan proses pembakaran seperti stabilitas nyala api yang dapat mempengaruhi pengoperasian dan pengendalian pembangkit Listrik karena karakteristik biomassa (Sawdust dan bonggol jagung) ringan. Salah satu metode yang tepat adalah dengan pembuatan briket dari biomassa terbagi dalam 3 (tiga) model yaitu Briket A (batang-bonggol jagung-sawdust), Briket B (bonggol jagung-arang kayu), dan Briket C (sawdust) dengan perekat fly ash. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa semua jenis briket biomassa dapat digunakan sebagai bahan bakar PLTU Sumbawa Barat. Briket biomassa C telah berhasil digunakan untuk ujicoba 100% co-firing dengan parameter operasi tidak terdapat perubahan yang signifikan dibanding saat menggunakan Batubara hanya terdapat kenaikan flow Batubara sebesar 37% dan Spesific Coal Consumption (SCC) sebesar 25%.