Sistem interkoneksi 275 kV Sumatera merupakan backbone penyaluran energi
listrik di Sumatera dengan panjang saluran 2.834 kms. Sistem ini kedepan akan menjadi
sistem smart grid dengan adanya penambahan gardu induk baru yang berbasis Digital
Substation (DSS) dan adanya penambahan pembangkit sampai dengan Tahun 2030
sebesar 9.3 Giga Watt yang mana 53.7% adalah pembangkit Energi Baru Terbarukan
(EBT). Pengatur beban membutuhkan alat untuk dapat memonitor kondisi real time
sistem tenaga listrik. Wide Area Monitoring System (WAMS) dapat memonitor
keseluruhan kondisi sistem melalui suatu alat yang disebut Phasor Measurement Unit
(PMU). Lisensi aplikasi WAMS yang terpasang terbatas hanya dapat memonitor
sebanyak 29 unit PMU saja. Selain itu PMU yang terpasang saat ini belum mampu
mengobservasi keseluruhan bus sistem tenaga listrik.
Optimasi PMU bertujuan untuk mengetahui jumlah PMU minimal dan
menentukan lokasi penempatan PMU yang optimal dengan sistem yang terobservasi
maksimal. Pada penelitian ini dibahas bagaimana optimalisasi PMU menggunakan
metode Binary Particle Swarm Optimization (BPSO), Depth First dan Simulated
Annealing. Penilaian Bus Observability Index (BOI), System Obervability Redundancy
Index (SORI) dan Optimal Redundancy Criterion (ORC) digunakan untuk memberikan
penilaian tentang observabilitas penempatan PMU. Hasilnya perhitungan PMU
menggunakan metode optimasi dapat mengurangi jumlah PMU yang terpasang dan
seluruh bus pada sistem interkoneksi terobservasi maksimal, sehingga meningkatkan
kehandalan sistem.