Sambaran petir masih menjadi penyebab utama gangguan pada saluran transmisi. Kurang lebih 55% gangguan periode tahun 2023 di sistem kelistikan Sumatera, Jawa dan Bali disebabkan oleh sambaran petir. Penelitian ini menganalisis unjuk kerja saluran udara terhadap petir pada daerah dengan kerapatan petir tinggi menggunakan metode Electrogeometric Model (EGM konvensional dan Improved Electrogeometric Model yang diusulkan CIGRE 704 tahun 2017). Perhitungan unjuk kerja saluran udara terhadap petir dilakukan pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV Tanjungjati-Jepara dan Tanjungjati-Sayung, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV Tanjungjati-Ungaran dan Tanjungjati-Pemalang sebagai outlet Pembangkit Tanjungjati dengan total kapasitas 4640 MW. Saluran udara tersebut berlokasi di pesisir Pantai Utara Jawa yang memiliki risiko sambaran petir tinggi. Dalam periode 2017 sampai dengan 2023, terjadi 31 gangguan baik permanen maupun temporer yang diakibatkan oleh petir. Karakteristik petir diperoleh dari aplikasi Lightning Detection System yang dimiliki PLN. Perbaikan unjuk kerja saluran udara dilakukan dengan mengacu pada indeks risiko sambaran petir yang dihitung dengan Shielding Flashover Failure Rate (SFFOR), Back Flashover Rate (BFOR), parameter lingkungan dan kondisi sistem proteksi petir daluran udara. Dengan metode ini, dibutuhkan 83 set Transmission Line Arrester untuk meningkatkan unjuk kerja saluran udara pada outlet PLTU Tanjungjati.