Industri konstruksi memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan infrastruktur, di mana besi tulangan menjadi material utama dalam struktur beton bertulang. Kolom dan balok sebagai elemen penting bangunan membutuhkan perencanaan material yang cermat untuk menghindari pemborosan. Namun, dalam praktiknya sering terjadi waste material besi tulangan akibat kesalahan perhitungan, pemotongan yang kurang optimal, serta perubahan desain saat pelaksanaan. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya biaya proyek dan bertambahnya limbah konstruksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah Bar Bending Schedule (BBS), yaitu metode perhitungan dan pendataan tulangan secara sistematis berdasarkan gambar kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan besi tulangan pada pekerjaan struktur kolom dan balok, menganalisis besarnya waste material yang terjadi, serta menghitung biaya kebutuhan dan biaya waste tulangan pada proyek pembangunan Laboratorium Westerindo BSD. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan tulangan untuk pekerjaan kolom terdiri dari D22 sebanyak 1.359 batang, D19 sebanyak 16 batang, D13 sebanyak 9.641 batang, dan D10 sebanyak 240 batang. Sedangkan pada pekerjaan balok, kebutuhan tulangan meliputi D22 sebanyak 137 batang, D19 sebanyak 591 batang, D16 sebanyak 333 batang, D13 sebanyak 232 batang, dan D10 sebanyak 1.108 batang. Waste material besi tulangan pada kolom meliputi D22 seberat 10.423 kg, D19 seberat 942 kg, D13 seberat 5.063 kg, dan D10 seberat 27 kg. Pada balok, waste tulangan terdiri dari D22 seberat 1.345,41 kg, D19 seberat 5.659,62 kg, D16 seberat 2.763,16 kg, D13 seberat 1.438,95 kg, dan D10 seberat 2.350,62 kg. Biaya kebutuhan tulangan untuk pekerjaan kolom mencapai Rp 2.055.150.700,-, sedangkan balok sebesar Rp 447.748.000,-. Adapun biaya waste material pada kolom sebesar Rp 193.235.126,- dan pada balok Rp 160.263.737,-. Dengan demikian, penerapan metode Bar Bending Schedule (BBS) terbukti efektif dalam mengidentifikasi kebutuhan serta potensi waste material besi tulangan, sehingga dapat mendukung efisiensi biaya, mengurangi limbah, dan meningkatkan keberlanjutan pada proyek konstruksi.

The construction industry plays a strategic role in supporting infrastructure development, where reinforcing steel (rebar) serves as a primary material in reinforced concrete structures. Columns and beams, as essential structural elements, require careful material planning to prevent waste. However, in practice, material waste of reinforcing steel often occurs due to calculation errors, suboptimal cutting, and design changes during construction. These conditions lead to increased project costs and additional construction waste. One method that can be applied to address these issues is the Bar Bending Schedule (BBS), a systematic calculation and documentation method of reinforcement based on working drawings. This study aims to determine the reinforcement requirements for column and beam structures, analyze the amount of material waste that occurs, and calculate the cost of reinforcement needs and waste in the construction project of the Westerindo Laboratory BSD. The results indicate that the reinforcement requirements for columns consist of 1,359 bars of D22, 16 bars of D19, 9,641 bars of D13, and 240 bars of D10. Meanwhile, for beams, the reinforcement requirements include 137 bars of D22, 591 bars of D19, 333 bars of D16, 232 bars of D13, and 1,108 bars of D10. The reinforcement waste in columns consists of 10,423 kg of D22, 942 kg of D19, 5,063 kg of D13, and 27 kg of D10. For beams, the waste includes 1,345.41 kg of D22, 5,659.62 kg of D19, 2,763.16 kg of D16, 1,438.95 kg of D13, and 2,350.62 kg of D10. The reinforcement cost for columns amounts to Rp 2,055,150,700, while for beams it is Rp 447,748,000. The waste cost for columns is Rp 193,235,126 and for beams Rp 160,263,737. Therefore, the application of the Bar Bending Schedule (BBS) proves effective in identifying reinforcement requirements and potential material waste, thereby supporting cost efficiency, reducing construction waste, and promoting sustainability in construction projects. Keywords : Ba