Permasalahan yang dikaji adalah ketidakakuratan estimasi waktu dan biaya dalam pengembangan sistem, yang sering mengakibatkan keterlambatan proyek dan pembengkakan anggaran. Hal ini disebabkan oleh kurangnya metode estimasi yang sistematis, perubahan kebutuhan selama pengembangan, serta keterbatasan dalam perencanaan sumber daya. Selain itu, ketidaksesuaian antara estimasi awal dan realisasi implementasi sering kali menghambat efisiensi proyek, menyebabkan alokasi tenaga kerja yang tidak optimal, serta meningkatkan risiko kegagalan dalam pengelolaan proyek pengembangan sistem. Metode penelitian menggunakan analisis Use Case Point, meliputi identifikasi aktor, Use Case, dan penghitungan kompleksitas untuk memperoleh estimasi usaha yang lebih akurat. Ulasan singkat menunjukkan bahwa penerapan metode ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kebutuhan sumber daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi usaha yang dihasilkan melalui Use Case Point lebih mendekati. Dengan demikian, penerapan Use Case Point tidak hanya meningkatkan akurasi estimasi usaha, tetapi juga berkontribusi pada pengelolaan proyek yang lebih terukur di PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Banten. Dengan hasil nilai deviasi effortnya adalah 28.6%, diperoleh hasil estimasi effort sebesar 1132 man-hour (orang per jam). Pengembangan Sistem Inventaris nilai estimasinya yaitu 1132 dibagi 3 menjadi 377 jam atau 1.57 bulan (1 bulan dan 17 hari). Jadi nilai estimasi effort adalah sebesar 377. Sedangkan untuk perhitungan aktual effort diambil dari periode pelaksanaan kerja magang di PT. PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Banten yaitu selama 3 bulan, hari kerja wajib perbulannya adalah 22 hari atau sekitar 66 hari. Jam kerja wajibnya adalah 8 jam/hari atau sekitar 528 jam kerja.

The problem examined is the inaccuracy of time and cost estimation in system development, which often leads to project delays and budget overruns. This issue arises due to the lack of a systematic estimation method, changing requirements during development, and limitations in resource planning. Additionally, discrepancies between initial estimates and actual implementation often hinder project efficiency, resulting in suboptimal workforce allocation and increasing the risk of failure in project management. The research method employs Use Case Point analysis, which includes identifying Actors, Use Cases, and calculating complexity to obtain a more accurate effort estimation. A brief reView indicates that the application of this method provides a clearer understanding of resource requirements. The research results show that the effort estimation produced through Use Case Point is more precise. Thus, the implementation of Use Case Point not only improves the accuracy of effort estimation but also contributes to more measurable project management at PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Banten. The effort deviation value is 21.46%, with an estimated effort result of 1132 man-hours. The estimated development time for the inventory system is 1132 divided by 3, resulting in 377 hours or approximately 1.57 months (1 month and 17 days). Therefore, the estimated effort is 377 hours. Meanwhile, the actual effort calculation is based on the internship period at PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Banten, which lasted for three months. The required working days per month were 22 days, totaling approximately 66 days. With a mandatory working time of 8 hours per day, the total actual working hours amounted to approximately 528 hours.