Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau tersebar. Sebagai negara tropis dan kepulauan, pemanfaatan energi surya untuk menghasilkan energi listrik terbarukan mempunyai peran yang sangat penting. Beberapa pulau di Indonesia saat ini kelistrikannya disuplai dari pembangkit berbahan bakar fosil (berbahan bakar diesel). Pemanfaatan energi surya tergantung dari besaran iradiasi matahari yang dapat diterima oleh modul photovoltaic, besaran iradiasi matahari sangat tergantung pada kondisi alam dan cuaca. Pulau Sipora berada di Kepulauan Mentawai yang merupakan ibukota dari Kabupaten Kepulauan Mentawai, saat ini sumber kelistrikan hanya bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan beban puncak tahun 2022 sebesar 3.990 kW, sehingga menyebabkan Levelized Cost of Energy (LCoE) tinggi. Dikarenakan jaringan listrik di Pulau Sipora memilki jarak yang sangat jauh dari jaringan transmisi sistem kelistrikan Sumatera Barat yang melewati Samudera Hindia maka dari sisi keekonomian tidak memungkinkan untuk dibangun jaringan interkoneksi melalui kabel laut. Dalam penelitian ini dikaji pemanfaatan energi surya untuk sistem kelistrikan di Pulau Sipora. Pembangkit listrik tenaga hybrid antara PLTS dengan PLTD merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan bauran energi terbarukan dan penurunan levelized cost of energy (LCoE). PLTS memerlukan cadangan energi ketika iradiasi matahari tidak diperoleh secara maksimal. Penggunaan battery energi system storage (BESS) dan PLTD dapat menjadi upaya untuk mengatasi ittermitensi dari PLTS. Pada penelitian ini dilakukan analisa Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid antara PLTS – PLTD dengan BESS untuk meningkatkan bauran energi terbarukan dan penurunan LCoE di Pulau Sipora menggunakan aplikasi Homer. Dengan beban listrik sebesar 3.990 kW, maka hasil perhitungan Homer diperoleh kapasitas PV sebesar 14.676 kWp, kapasitas converter 3.451 kW, battery generic 100 kWh Li-ion sebanyak 247 unit dan penurunan LCoE dari US$ 0,424/kWh menjadi US$ 0,144/kWh.