Proyek interkoneksi kabel bawah laut Sumatera - Bangka tahap 1, dengan investasi sebesar Rp 2,395 triliun, telah meningkatkan kapasitas dan menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik di Pulau Bangka. Dalam waktu dekat, interkoneksi kabel bawah laut 150 kV Sumatera - Bangka tahap 2 akan dibangun. Pembangunan tahap 2 bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan keandalan transmisi daya listrik antara Sumatera dan Bangka. Dengan adanya tahap 1, analisis lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah biaya investasi tahap 2 sebanding dengan manfaatnya. Perhitungan proyeksi pertumbuhan beban listrik menggunakan aplikasi Simple-E menunjukkan peningkatan dari 291 MW pada tahun 2029 menjadi 714 MW pada tahun 2060, meningkat 244,85%. Analisis kelayakan finansial dilakukan menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (BCR), dan Payback Period (PP) untuk menilai enam skenario operasiona. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua skenario dinyatakan layak secara finansial dengan NPV positif dan IRR yang melebihi tingkat diskonto yang diharapkan. Skenario 3, di mana kabel laut beroperasi pada tahun 2030 dengan PLTU 2x25 MW tidak beroperasi dan PLTN 500 MW beroperasi, menunjukkan NPV sebesar Rp.760,06 miliar, IRR 12,16%, BCR 1,02 dan PP 4,93 tahun dengan sensitivitas kenaikan biaya investasi hingga 23,96%. Skenario 4, dengan PLTU 2x25 MW dan PLTN 500 MW beroperasi, menghasilkan NPV sebesar Rp.411,19 miliar, IRR 10,98%, BCR 1,01, dan PP 4,99 tahun dengan sensitivitas kenaikan biaya investasi hingga 12,97%. Hal ini memperlihatkan proyek akan layak secara finansial dengan memenuhi syarat NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan jika adanya pembangkit skala besar berupa PLTN yang masuk ke dalam sistem listrik di Bangka.