Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK), terutama karbon dioksida (CO2) dari sektor transportasi, industri, dan pembangkit listrik, dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim. Indonesia telah berkomitmen melalui Nationally Determined Contribution (NDC) dalam COP26 untuk menurunkan emisi GRK hingga 31%, serta menargetkan pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. PT PLN berperan penting dalam pemanfaatan hidrogen untuk mendukung transisi energi, mengingat potensi besar energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses produksi hidrogen hijau dengan suplai listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), menentukan kebutuhan listrik dan air, merancang sistem konfigurasi PLTS, dan menghitung biaya produksi hidrogen. Metode Quality Function Deployment (QFD) dilakukan dalam penelitian ini untuk menentukan keperluan desain dengan kebutuhan proyek dan spesifikasi teknis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan hidrogen dalam jumlah 1 tabung (48 liter) menggunakan elektroliser NEL C10, diperlukan listrik sebesar 37.9 kWh dan air sebanyak 5.5 liter. Desain sistem PLTS yang mendukung produksi hidrogen dilakukan menggunakan software PVsyst, dengan kapasitas 11.25 kWp, modul PV 250 Wp, dan inverter 10 kWac. Dari analisis ekonomi menunjukkan bahwa proyek ini memiliki nilai NPV positif, IRR 10.05%, Payback Period adalah 7.6 tahun
Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam memanfaatkan energi surya di Indonesia untuk produksi hidrogen hijau yang efisien dan ekonomis. Teknologi elektrolisis yang adaptif terhadap fluktuasi energi dari PLTS serta penggunaan perangkat lunak untuk mengoptimalkan desain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penting bagi pengembangan hidrogen hijau di Indonesia dan mendukung upaya global dalam mengurangi emisi GRK serta mengatasi perubahan iklim.