Pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang pesat di Jakarta meningkatkan mobilitas yang menjadi pemicu pemanasan global sehingga meningkatkan emisi GRK (Gas Rumah Kaca). Transportasi menjadi penyumbang emisi GRK tertinggi di DKI Jakarta. Kendaraan listrik dapat menjadi solusi yang potensial untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meminimalkan dampak negatif lingkungan dari sektor transportasi. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang menarik minat masyarakat terhadap kendaraan listrik. Penelitian ini menggunakan SPSS 25 untuk melakukan uji validitas, reliabilitas, uji asumsi klasik, uji statistik deskriptif, serta regresi linear berganda. Hasil analisis mengungkapkan bahwa waktu charging, jarak tempuh, insentif pajak, dan kebijakan ganjil – genap berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen terhadap kendaraan listrik dengan koefisien masing – masing 0,052, 0,036, 139, dan 139. sedangkan ketersediaan SPKLU dan harga berpengaruh negatif dan signifikan dengan koefisien sebesar 0,086 dan 0,054. Prioritas yang harus dilakukan Pemerintah dan Swasta dari paling tinggi hingga rendah untuk mempercepat pertumbuhan kendaraan listrik adalah meningkatkan insentif pajak kendaraan listrik minimal 3,3% dari harga jual kendaraan listrik, meningkatkan jumlah titik lokasi dalam penerapan kebijakan ganjil – genap pada daerah rawan macet, mengurangi jumlah SPKLU Level 1 (Slow Charging) dan memperbanyak SPKLU Level 4 (Ultra – Fast Charging) dengan perbandingan 10:1, menurunkan harga kendaraan listrik roda 4 hingga dibawah Rp.200 juta dan rentang harga kendaraan listrik roda 2 antara 12 hingga 25 juta rupiah, mengembangkan teknologi agar waktu charging kendaraan listrik menjadi semakin singkat (<15 menit), serta mengembangkan teknologi kendaraan listrik agar jarak perjalanan kendaraan listrik menjadi semakin jauh dalam sekali pengisian daya listrik, minimal mampu mencapai jarak tempuh 400 km dalam sekali pengisian daya listrik.