Perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca (GRK) menimbulkan dampak signifikan bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Komitmen global, seperti Perjanjian Paris 2015, mengarahkan negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C. Indonesia telah menempatkan pengurangan emisi GRK dan peningkatan energi terbarukan sebagai prioritas nasional. Indonesia yang mengalami anomali suhu positif, berkomitmen mengurangi GRK dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan hingga 31% pada 2050. PT PLN (Persero) memprioritaskan pengembangan energi terbarukan, termasuk konversi pembangkit di Pulau Tanakeke dari diesel ke surya, untuk mencapai 41% bauran energi terbarukan pada 2030. Studi ini meneliti strategi optimasi pembangkit listrik di Pulau Tanakeke untuk meningkatkan bauran energi hijau dan jam nyala pelanggan. Melalui optimasi pola operasi dan peningkatan kehandalan BESS eksisting didapatkan bauran energi 39% menjadi 53%, selanjutnya melalui penggunaan perangkat lunak HOMER Pro, hasil optimasi pembangkit mengalami peningkatan bauran energi hijau dari 39% menjadi 58% dan penurunan durasi pemadaman sejalan dengan penambahan kapasitas BESS. Strategi ini menawarkan solusi potensial bagi PLN dan pemerintah dalam merancang sistem kelistrikan yang berkelanjutan di wilayah terpencil dengan sistem ketenagalistrikan isolated guna mencapai jam nyala konsisten 24 jam.