Indonesia berkomitmen mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060 sebagai bagian dari partisipasi global mengatasi perubahan iklim. Salah satu upaya yang dilakukan di Sektor Ketenagalistrikan adalah mengurangi pemakaian bahan bakar fosil pada pembangkit listrik di daerah kepulauan, digantikan pembangkit listrik dengan sumber energi yang lebih bersih, terbarukan dan ramah lingkungan. Di Pulau Panjang Banten, kebutuhan energi listrik sebesar 2.740,3 kWh/hari dilayani oleh dua mesin PLTD berkapasitas 140 kW dan 160 kW. Biaya Pokok Penyediaan energi listrik di Pulau Panjang mencapai 7.957,57 Rp/kWh dan konsumsi bahan bakar minyak sebesar 293.322 L/thn. Padahal, Pulau Panjang hanya berjarak sekitar 3 km dari PLTGU Cilegon yang memiliki ekses produksi Hidrogen yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Penelitian bertujuan untuk melakukan analisis terhadap alternatif skenario konfigurasi desain pemanfaatan energi bersih Hidrogen pada pengembangan sistem Microgrid di Pulau Panjang Banten berdasarkan kriteria teknis, ekonomis dan lingkungan. Desain pemodelan mencakup integrasi antara Diesel Generator eksisting dengan Hydrogen Fuel Cell Generator, PLTS Solar PV, Battery Energy Storage System, dan Hydrogen Electrolyzer menggunakan software aplikasi pemodelan HOMER Pro. Sistem pendukung keputusan pemilihan skenario konfigurasi desain terbaik pengembangan sistem Microgrid di Pulau Panjang dilakukan dengan analisis Multi-Kriteria metode TOPSIS.
Berdasarkan hasil analisis, skenario konfigurasi desain terbaik pemanfaatan Energi Bersih Hidrogen di Pulau Panjang adalah menggunakan kombinasi antara Fuel Cell Generator kapasitas 80 kW dan PLTS Solar PV kapasitas 993 kW yang dilengkapi dengan Battery Energy Storage System (BESS) kapasitas 2.136 kWh dan PCS Bi-Directional Inverter kapasitas 192 kW. Skenario terbaik menghasilkan Renewable Energy Fraction sebesar 92,2%. Analisis sensitivitas terhadap harga Bahan Bakar, menunjukkan nilai NPC dan LCOE pada sistem yang diusulkan lebih rendah 46% dan 44,5% dibandingkan dengan nilai NPC dan LCOE pada sistem eksisting. Selain itu, implementasi sistem Microgrid di Pulau Panjang berpotensi menurunkan emisi CO2 sebesar 712.648 kg/tahun.