Pengukuran energi lsitrik mempunyai peranan yang penting bagi PT.PLN (Persero ). UP3 Cengkareng memanfaatkan sistem Automatic Meter Reading (AMR) untuk memantau, mencatat stand meter dan data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk laporan dengan software data management. Pada meter elektronik dengan sistem AMR dapat dipakai sebagai alat deteksi terhadap kejanggalan dari pelanggan yang bermasalah. Dari hasil pembacaan download AMR dapat diketahui pemakaian pelanggan, saat sebelum terjadi kesalahan pengawatan dan sesudah. Sehingga dapat mendeteksi dengan akurat pelanggan yang terjadi kesalahan pengawatan serta pelanggan maupun PLN sama – sama mengetahui besarnya kWh yang tidak tertagih, selama ini persuhahaan mengalami gangguan kesalahan pengawatan dari awal pasang. Dari hasil data download AMR seharusnya nilai kWh import tidak bernilai, namun karena terjadinya kesalahan pengawatan pada fasa S kWh import tercatat (terukur) yang akan dihitung untuk mendapatkan tagihan susulan. Dari hasil penelitian di dapat benar adanya terbalik fasa dan dapat dilihat dari diagram fasor dimana sudut fasa S yang awalnya 168,30 menjadi 14,40. Kemudian di stand meter menjadi minus Sehingga setelah dilakukan perhitungan tagihan susulannya adalah sebesar 41538,8 kWh setara dengan Rp. 60.949.050,-

Measuring the electrical energy is an important thing to do in PT.PLN. UP3 Cengkareng is using the Automatic Meter Reading (AMR) system for monitoring, recording the stand meter, and reporting the data into the software data management. An electrical meter with an AMR system can be used as a data abnormality detector for electrical problems. AMR system will detect the consumers' electrical usage data, starting from the data before the wiring error occurred and after the wiring error occurred accurately. So both consumers and PLN will know how many kWh meter values that aren't billed. In this research, From the AMR downloaded data, kWh imported data should be with no value, but it has some value and billed due to wiring error from Phase 3 of kWh importation. From this research, we discovered that there was a phase reversal and it could be seen from the phasor diagram where the S phase angle was from 168,30 to 14,40. On the other hand, the stand meter became minus. So that after the calculation, the next bill is 41538,8 kWh or as equal as Rp. 60.949.050,-