Masuknya pembangkit energi terbarukan pada jaringan listrik menjadi tantangan dalam menjaga keandalan penyaluran sistem tenaga listrik. Penyaluran harus tetap kontinyu walau mengalami gangguan seperti kontingensi saluran transmisi. Analisis kontingensi dilakukan dalam perencanaan ini, untuk mengetahui apakah terjadi pembebanan pada saluran yang melebihi kapasitasnya serta penyimpangan tegangan yang melebihi dari batas toleransi PLN. Pada penelitian ini, analisis kontingensi dilakukan dengan melepas satu saluran transmisi pada jaringan Batam tahun 2025 dengan menerapkan 3 skenario yang berbeda, yaitu tanpa PLTS, dengan PLTS yang beroperasi pada nilai radiasi matahari sebesar 1000 W/m2 dan 200 W/m2. Skenario tersebut dianalisis menggunakan indeks performa tegangan (PIV) maupun daya aktif (PIMW) dengan mengurutkan nilai PI dari yang terbesar untuk mengetahui gangguan saluran apa saja yang berdampak besar terhadap sistem. Tiga peringkat teratas kemudian dianalisis lebih lanjut untuk melihat pengaruhnya terhadap sistem. Hasil yang didapatkan setelah PLTS terhubung, nilai PIV terbesar berada pada skenario 3 saat pelepasan satu saluran Sri Bintan – Air Raja dengan tegangan terendah pada GI Air Raja sebesar 144,99 kV atau 96,66% dari tegangan nominal. Nilai PIMW terbesar berada pada skenario 3 saat pelepasan satu saluran Tj Uban – Tj Kasam dengan pembebanan terbesar pada saluran Uban – Taluh sebesar 40,257%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah PLTS terhubung, sistem masih dapat beroperasi dengan normal, namun sifat PLTS yang intermittent menyebabkan perubahan nilai PIV dan PIMW untuk tiap daya keluaran PLTS yang berbeda.

The inclusion of renewable energy plants in the power grid is a challenge in maintaining the reliability of the distribution of the electric power system. The distribution must be continuous even if there are disturbances such as contingency or disconnection of the transmission line. Contingency analysis is carried out in this plan, to find out whether there is a load on the line that exceeds its capacity and voltage deviations that exceed the PLN tolerance limit. In this study, a contingency analysis was carried out by removing one transmission line on the Batam network in 2025 by applying 3 different scenarios, without PV system, with PV system operating at solar radiation values of 1000 W/m2 and 200 W/m2. The scenario is analyzed using the voltage (PIV) and active power (PIMW) performance index by sorting the PI values from the largest to find out what line disturbances have a major impact on the system. The top three rankings are then analyzed further to see their effect on the system. The results obtained after the PV system connected, the largest PIV value is in scenario 3 when Sri Bintan - Air Raja line outage, with the lowest voltage at the Air Raja substation is 144.99 kV or 96.66% of the nominal voltage. The largest PIMW value is in scenario 3 when one Tj Uban – Tj Kasam line outage, with the largest loading on Uban – Taluh line of 40.257%. So, it can be concluded that after PV system connected, Batam system can still operate normally, but the intermittent of PV system causes changes in the voltage and active power performance index values for each different PV system output power.