Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang setiap tahunnya meningkat di Indonesia khususnya pada penelitian ini pada pulau Kalimantan, maka diperlukan rencana pengembangan pada sektor kelistrikan yang disusun dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2021-2030. Rencana pengembangan sistem kelistrikan Kalimantan dilakukan dengan melakukan interkoneksi pada subsistem Mahakam-Barito, dan Ketapang. Interkoneksi tersebut dilakukan untuk meningkatkan rasio elektrifitas nasional dan keandalan sistem kelistrikan Kalimantan. Dengan adanya recana tersebut, maka diperlukan studi mengenai kestabilan sistemnya. Pada tugas akhir ini, akan dilakukan studi kestabilan small signal pada sistem kelistrikan Ketapang yang terintegrasi dengan sistem kelistrikan Barito menggunakan analisis modal. Analisis modal dilakukan dengan studi kasus beban puncak, beban minimum, dan maksimal transfer daya interkoneksi. Analisis modal akan memberikan hasil berupa data eigenvalue, mode shape, dan participation factor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan interkoneksi Mahakam-Barito-Ketapang sistem dikatakan stabil karena semua eigenvalue bernilai negatif. Pada studi kasus maksimal transfer daya interkoneksi mencapai nilai kritis eigenvalue sebesar -0,1286 ± j4,2952 dengan frekuensi 0,6826 dan damping ratio 2,9939%. Mode osilasi yang terjadi pada ketiga studi kasus berupa mode osilasi inter-area yang melibatkan pembangkit dari ketiga area tersebut. Berdasarkan participation factor pada ketiga studi kasus menunjukkan PLTU SLK pada area Barito berkontribusi besar pada osilasi sistem.

Along with the population growth that increases every year in Indonesia, especially in this study on the island of Kalimantan, so a development plan is needed in the electricity sector which is compiled in the Electricity Supply Business Plan (RUPTL) for 2021-2030. The Kalimantan electricity system development plan is carried out by interconnecting the Mahakam-Barito, and Ketapang subsystems. The interconnection is carried out to increase the national electrification ratio and the reliability of the Kalimantan electricity system. With this plan, it is necessary to study the stability of the system. In this final project, a small signal stability study will be conducted on the Ketapang electricity system integrated with the Barito electricity system using modal analysis. Modal analysis is conducted with case studies of peak load, minimum load, and maximum interconnection power transfer. Modal analysis will provide results in the form of eigenvalue data, mode shape, and participation factor. The results of this study show that after the Mahakam-Barito-Ketapang interconnection, the system is said to be stable because all eigenvalues are negative. In the case study, the maximum interconnection power transfer reaches a critical eigenvalue of -0.1286 ± j4.2952 with a frequency of 0.6826 and a damping ratio of 2.9939%. The oscillation mode that occurs in the three case studies is an inter-area oscillation mode involving generators from the three areas. Based on the participation factor in the three case studies, it shows that the SLK PLTU in the Barito area contributes greatly to the system oscillation.