Pengukuran energi listrik sangat penting dilakukan guna untuk mengurangi adanya rugi rugi yang menyebabkan turunnya kualitas penyaluran energi listrik kepada pelanggan. Dalam hal ini PT. PLN (Persero) UP3 Bulungan menggunakan sistem pemantauan dengan menggunakan AMR guna untuk memantau, mencatat data load profile, billing yang digunakan untuk proses analisis gangguan. Pada penelitian ini hasil pembacaan yang didapatkan menunjukkan adanya ketidaknormalan yang terjadi pada 3 pelanggan, ketidaknormalan yang terjadi disebabkan oleh komponen CT. Data load profile menunjukkan bahwa arus pada salah satu fasa bernilai 0 sehingga menyebabkan adanya energi yang tidak terukur. Analisis dilakukan dengan menghitung nilai error pada setiap fasa pada komponen CT. Hasil menunjukkan error CT pada setiap pelanggan pada setiap fasa sebesar -100 % yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Setelah dilakukan pergantian satu set CT error CT pada setiap pelanggan fasa T sebesar 0,16%, S 0,19%, R -0,08%. Hal tersebut menimbulkan tagihan susulan pada pelanggan 1 akibat fasa T sebesar 54.883,6 kWh atau Rp 79.290.283. Pada pelanggan 2 akibat fasa S tagihan susulan sebesar 15.029 kWh atau Rp 21.726.843. Pada pelanggan 3 akibat ketidaknormalan fasa R tidak menyebabkan tagihan susulan karena tidak terjadi lonjakan kWh. Dengan dilakukan penelitian ini dapat mengurangi adanya rugi energi.

Electrical energy measurement is very important to be carried out in order to reduce losses that cause a decrease in the quality of electrical energy distribution to customers. In this case, PT. PLN (Persero) UP3 Bulungan uses a monitoring system using AMR to monitor, record load profile data, billing used for the disruption analysis process. In this study, the readings obtained showed that there were abnormalities that occurred in 3 customers, the abnormalities that occurred were caused by the CT component. Load profile data shows that the current in one of the phases is 0, causing unmeasured energy. The analysis was carried out by calculating the error value in each phase of the CT component. The results showed that CT errors in each customer in each phase were - 100% caused by internal and external factors. After replacing a set of CT errors, CT errors in each customer in phase T were 0.16%, S 0.19%, R -0.08%. This caused a followup bill to customer 1 due to phase T of 54,883.6 kWh or IDR 79,290,283. In customer 2 due to phase S, the follow-up bill is 15,029 kWh or IDR 21,726,843. In customer 3 due to the abnormality of phase R, it does not cause a follow-up bill because there is no kWh surge. By conducting this research, it can reduce energy loss.