Indonesia memiliki target ambisius dalam meningkatkan peran Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050, namun realisasinya masih jauh dari target. Dengan potensi energi surya yang besar (207,9 GW), pengembangan PLTS, khususnya PLTS atap, merupakan solusi strategis yang fleksibel dan aplikatif, terutama untuk gedung dengan tipe atap flat roof seperti Gedung ULTG Suralaya. Studi ini mengevaluasi empat skenario pemasangan panel surya berdasarkan jenis panel (monofacial dan bifacial) serta konfigurasi pemasangan (landscape dan portrait). Parameter teknis, ekonomi, dan lingkungan dianalisis untuk menentukan skenario optimal menggunakan metode weighted product. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario 4, yaitu penggunaan panel bifacial dengan pemasangan portrait, merupakan konfigurasi terbaik dengan performance ratio 89,3% dan specific production sebesar 1781 kWh/kWp, menghasilkan produksi energi tahunan sebesar 142.088 kWh atau setara dengan 30% kebutuhan energi gedung. Dari segi ekonomi, investasi sebesar Rp 1,17 miliar memiliki waktu pengembalian modal, yaitu 8,4 tahun, dengan IRR 8,34% dan BCR 1,1. Selain itu, skenario ini memberikan kontribusi terhadap pengurangan emisi karbon sebesar 2.086,6 ton CO₂. Sehingga, penerapan PLTS atap di Gedung ULTG Suralaya berpotensi meningkatkan bauran EBT, mendukung efisiensi energi, dan berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.