Penyedia jasa listrik atau lebih dikenal dengan PLN saat ini menggunakan kWh meter sebagai pencatatan untuk penggunaan energi listrik setiap bulannya ,untuk meningkatkan keefektifitasan pencatatan pada alat pengukur serta pengamanan akan pendapatan maka dikenalkanlah sistem pencatatan otomatis atau lebih dikenal kWh meter Automatic Meter Reading (AMR). PT. PLN UP3 Bulungan memiliki 12.037 pelanggan AMR. Pada penelitian ini penerapan AMR digunakan untuk mendeteksi ketidaknormalan pengukuran akibat gangguan diantaranya adalah hilang tegangan pada salah satu phasa dan arus yang tidak terukur. Gangguan yang terdeteksi dengan cepat juga akan mempercepat proses perbaikan sehingga dapat mengurangi nilai kerugian pada pengukuran kWh meter pada pelanggan. Ketidaknormalan ini dapat di analisa menngunakan tools exel dilihat dari data load profil pemakaian yang terekam setiap harinya. Setelah itu dilakukan perhitungan kurang tagih yang tidak terbayar selama terjadi gangguan. Pada penelitian ini penulis membahas 3 kejadian gangguan pada pelanggan yaitu ketidaknormalan hilangnya arus phasa R akibat hilang kontak kabel CT phasa R dengan perbaikan mengganti kabel phasa R kWh yang tidak terukur 4.466,88 kWh yang dirupiahkan sebesar Rp 6.453.314,53. Ketidaknormalan yang kedua pada yaitu tidak terbacanya arus sekunder akibat terbakarnya skun kabel phasa R dengan perbaikan mengganti skun kabel baru kWh yang tidak terukur 3.002 kWh yang dirupiahkan sebesar Rp 4.324.981,4 dan yang terakhir ketidaknormalan pada tegangan phasa T akibat faktor alat rusak dengan perbaikan mengganti kWh meter yang baru, kwh yang tidak tertagih 15292,8 kWh yang dirupiahkan sebesar Rp 22.093.508,16.

Electricity service providers or better known as PLN currently use kWh meters as recording for the use of electrical energy every month, to increase the effectiveness of recording on measuring devices and secure revenue, an automatic recording system or better known as kWh meter Automatic Meter Reading (AMR) was introduced. PT. PLN UP3 Bulungan has 12,037 AMR customers. In this study, the application of AMR was used to detect measurement abnormalities due to disturbances, including voltage loss in one of the phases and unmeasured current. Faults detected quickly will also speed up the repair process so as to reduce the value of losses in kWh meter measurements to customers. This abnormality can be analyzed using exel tools seen from the load data of the usage profile recorded every day. After that, the calculation of underpayment of bills that were not paid during the disruption was carried out. In this study, the author discusses 3 incidents of disruption to customers, namely the abnormality of the loss of R phase current due to the loss of contact with the CT phase R cable with the repair of replacing the unmeasured 4,466.88 kWh R phase cable which is rupiah of Rp 6.453.314,53. The second abnormality is the unreadability of the secondary current due to the burning of the R phase cable skun with the repair of replacing a new cable skun of unmeasured kWh of 3,002 kWh which is rupiah of Rp 4,324,981.4 and the last abnormality in the T phase voltage due to the factor of damaged equipment with the repair of replacing a new kWh meter, unbillable kwh of 16,416 kWh which is rupiah of Rp 22.093.508,16.