Sistem kelistrikan pada salah satu desa terpencil di Indonesia yaitu desa Bekawan, Riau. Masih mengandalkan PLTD yang beroperasi 14 jam dalam sehari memiliki kendala pada pemasokkan bahan bakar dikarenakan jauhnya jarak pengiriman sehingga memengaruhi biaya pengiriman yang tinggi. Masalah ini yang menjadi dasar dalam mensimulasikan pembangkit listrik tenaga biomassa dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai pengganti bahan bakar fosil. penulis mensimulasikan aliran daya, tegangan jatuh dan rugi-rugi daya pada PLTD Sub Bekawan dan PLTBM di desa Bekawan pada perangkat lunak ETAP 16.0.0 dan menganalisis sistem tersebut secara teknis. Secara teknis, diperoleh hasil simulasi dengan menggunakan generator caterpillar PLTD dengan kapasitas 1,176 MW yaitu pembangkitan generator dengan total beban 0,600 MW 0,407 Mvar 0,776 MVA dan terdapat rugi-rugi daya sebesar 28,4 kW dan daya reaktif sebesar 40,5 kVar dengan tegangan jatuh terbesar pada saluran sistem eksisting yaitu 2,82%. Sedangkan dengan menggunakan generator PLTBM dengan kapasitas 1,25 MW yaitu pembangkitan Generator dengan total Pembebanan sebesar 0,693MW 0,445Mvar 0,823 MVA dan rugi daya sebesar 18,2 kW dan rugi daya reaktif sebesar 26,7 kVAR dengan tegangan jatuh terbesar pada sistem PLTBM Beroperasi sebesar 1,90%. Dari segi biaya bahan bakar PLTD membutuhkan Rp.2.713.914 per jam dan untuk biaya bahan bakar PLTBM membutuhkan biaya sebesar Rp.2.251.055 per jam. Dengan hasil dari simulasi sistem eksisting dan PLTBM menggunakan software ETAP yang dapat menghasilkan sistem kelistrikan yang lebih baik pada desa bekawan.

The electrical system in the remote village of Bekawan, Riau, Indonesia, still relies on a Diesel Power Plant (PLTD) that operates 14 hours a day. This system faces challenges with fuel supply due to the long distance for fuel delivery, leading to high transportation costs. This issue forms the basis for simulating a biomass power plant using palm oil waste as a substitute for fossil fuels. The author simulated power flow, voltage drop, and power losses in both the PLTD Sub Bekawan and the Biomass Power Plant (PLTBM) in Bekawan village using ETAP 16.0.0 software and analyzed the system technically. The technical results show that using a Caterpillar PLTD generator with a capacity of 1.176 MW results in a generator output with a total load of 0.600 MW, 0.407 Mvar, 0.776 MVA, power losses of 28.4 kW, and reactive power of 40.5 kVar, with the largest voltage drop in the existing system being 2.82%. In contrast, using a 1.25 MW PLTBM generator results in a generator output with a total load of 0.693 MW, 0.445 Mvar, 0.823 MVA, power losses of 18.2 kW, reactive power losses of 26.7 kVAR, and the largest voltage drop in the PLTBM system being 1.90%. In terms of fuel costs, the PLTD requires Rp.2,713,914 per hour, whereas the PLTBM requires Rp.2,251,055 per hour. The simulation results indicate that the PLTBM system, as simulated using ETAP software, could provide a better electrical system for Bekawan village