Pada era globalisasi ini kebutuhan akan tenaga listrik meningkat dengan pertumbuhannya kawasan
industri, kawasan pemukiman, dan kawasan lainnya. Maka akan menyebabkan semakin bertambahnya
konsumen listrik desa maupun kota dan identik dengan meluasnya kebutuhan jaringan listrik. Saat
penyaluran tenaga listrik juga tidak luput dari gangguan saat proses penyalurannya. Untuk itu indeks
keandalan penyaluran sistem tenaga listrik sangat diperlukan. Maka dari itu diperlukan recovery time yang
tepat dan cepat agar indeks keandalan penyaluran tenaga listrik semakin bagus. Untuk mempercepat
penanganan gangguan, maka bay (penghantar) yang sering gangguan diintegrasikan SCADA ke dalam
sistem Sumatera Bagian Tengah. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di GI Bangkinang Bay
Pasir Pangairan 1. Pada perhitungan persentase lama padam yang dapat dihemat didapatkan hasil 81,624%,
total Energi Not Supplied (ENS) sebelum diintegrasikan ke SCADA sebesar 121,322 MWh dan setelah
integrasi SCADA sebesar 15,165 MWh dan rupiah yang dapat dihemat Rp 153.365.018,-. Persentase saving
kWh saat setelah diintegrasikan ke SCADA sebesar 87,50%. Nilai TLOD dan TLOF setelah integrasi
SCADA lebih kecil dibandingkan sebelum diintegrasikan ke SCADA yaitu sebesar 0,013 jam/100kms dan
0,074 kali/100kms setelah diintegrasikan ke SCADA.