Sepanjang saluran transmisi tidak terhindar pengaruh dari luar maupun
dalam yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran transmisi tersebut. Salah
satu pengaruh dari dalam yang dapat menyebabkan gangguan yaitu terjadinya
hotspot. Untuk mendeteksi anomali hotspot dilakukan dengan kegiatan thermovisi
dan menjadi acuan tindak lanjut corrective maintenance. Apabila hotspot tersebut
dibiarkan maka akan mengalami losses dan akan berdampak pada kerusakan
peralatan tegangan tinggi dan sistem transmisi. Untuk itu perlu dilakukan
perbaikan segera terhadap anomali hotspot dengan Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB) agar menghindari kerugian energi, kegagalan mekanis dan
kegagalan elektris pada sistem penyaluran. Dalam penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dan deskriptif. Hasil data thermovisi pada SUTT 150kV
Pelabuhanratu – Semenjawa ini terdeteksi 2 titik hotspot berdasarkan perhitungan
selisih suhu pada beban maksimum (∆T) pada tower C.03–C.02 Fasa S dengan ∆T
55,76°C dan tower C.61-C.62 Fasa R dengan ∆T 61,3°C. Penanggulangan anomali
hotspot dilakukan dengan pembersihan terminal jumper pada tower C.03–C.02 Fasa
S dan penambahan konduktor dengan PG klem pada tower C.61–C.62 Fasa R.
Adapun kerugian yang diterima akibat anomali hotspot (dalam rupiah) dalam 6
bulan (1 Semester Kinerja) pada pelanggan rumah tangga daya 900VA sebesar
Rp.3.853.605,6, pelanggan daya 1300VA & 2200VA sebesar Rp.4.117.828,38 dan
pelanggan daya 3500VA keatas sebesar Rp.4.758.661,32.