Transformator daya di desain menurut IEC 354 dengan suhu sekitar 20℃ tetapi beroperasi pada suhu lingkungan sekitar 40℃ di indonesia, maka trafo tersebut harus disesuaikan pembebanan nya. Semakin tinggi suhu sekitar maka akan semakin pendek suhu operasional dan akan semakin besar susut umur dari transformator. Selain itu, adanya pengaruh dari pembebanan juga akan mengakibatkan pemanasan yang menunjang proses penuaan. Karena transformator adalah salah satu peralatan yang sangat penting dalam penyaluran tenaga listrik maka diharapkan transformator dapat bekerja dengan waktu yang cukup lama. Susut umur transformator dipengaruhi oleh isolasi belitan trafo dan minyak trafo yang juga berfungsi sebagai pendingin dari belitan trafo. Pada GIS Karet Baru didapati bahwa suhu masih berada dibatas aman dibawah dari 98℃, hal ini juga dipengaruhi oleh beban yang berada dibawah kapasitas normal 60 MVA.

Power transformer is designed in accordance with IEC 354 with the ambient temperature of 20℃, but operates on an ambient temperature of 40℃ in Indonesia, therefore transformer loading scheme has to be adjusted. The higher the rise of the surrounding temperature, then the shorter its operational temperature and the greater the transformer service lifetime shrinkage. Apart from that, there exist an effect coming from the loading scheme that causes heating which itself contributes to the decay. Since transformer is one of the main equipment in electrical power distribution, subsequently it is expected to work for a long period of time. Transformer service lifetime shrinkage is affected by winding isolation and transformer oil which function as coolant for the transformer’s winding. On the GIS Karet Baru found that temperatures were still safe under the dibatas of 98 ℃, it is also influenced by the load under normal capacity of 60 MVA