Indikator dalam kehandalan suatu sistem tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh kecukupan kapasitas daya
pembangkit. Oleh karena itu sangat dibutuhkan manejemen untuk megatur ketersediaan pembangkit pada
suatu sistem kelistrikan. Jika pada suatu sistem kelistrikan mempunyai kapasitas daya yang berlebih maka
pembangkit tersebut dapat dilakukan relokasi ke sistem kelistrikan yang membutuhkan. Seperti sistem
Sulawesi Selatan yang dalam kondisi siaga dan akan masuknya pelanggan tegangan tinggi. Di sistem
kelistrikan Sumatera Utara ada pembankit yang sifatnya mobile yaitu PLTG Paya Pasir 75 MW.
Pembangkit tersebut merupakan pembangkit aeroderivative di dalam container sehingga mudah untuk
direlokasi. Sebelum relokasi dilakukan maka perlu dilakukan perhitungan kehandalan ketersediaan daya
pembangkit. Salah satu cara untuk mengetahui kehandalan pembangkit di suatu sistem kelistrikan yaitu
dengan menghitung Loss of Load Probability (LOLP). Setelah dilakukan perhitungan dan analisa
terhadap nilai LOLP dengan kondisi sebelum dilakukan relokasi didapatkan hasil 15,14 hari/tahun
sedangkan perhitungan nilai LOLP setelah pembangkit PLTG MPP tidak dimasukan dalam
perhitungan maka didapatkan hasil 21,6 hari/tahun yang berarti pembangkit tersebut belum dapat
direlokasi karena belum memenuhi nilai standard LOLP yang terdapat dalam RUPTL PT PLN
(Persero) sebesar 0,274% atau 1 (satu) hari/tahun. Dengan hasil perhitungan LOLP sebelum
relokasi sebesar 15,14 hari/tahun dan hasil perhitungan setelah relokasi sebesar 21,6 hari/tahun
maka PLTG MPP Paya Pasir belum dapat dilakukan relokasi pembangkit tersebut.