Campuran Aspal merupakan gabungan menggunakan agregat dan bahan pengikat yaitu Aspal. Ada beberapa gabungan campuran aspal yang umum digunakan di Indonesia, salah satunya adalah Hot Rolled Shet-Wearing Course (HRS-WC). Di Indonesia juga,tipe perkerasan yang digunakan biasa disebut perkerasan lentur atau lapis beton aspal tipis (lataston) yang dimana terbagi menjadi dua diantaranya Lapis permukaan (HRS-WC) dan susunan dasar (HRS-Base). Pada Penelitian ini yang digunakan ialah Lapis permukaan (HRS-WC), yang merupakan campuran aspal bergradasi senjang yang menggunakan suatu campuran agregat kasar dan agregat halus. Dengan upaya pemanfaatan penambahan agreat daur ulang yaitu sisa sampel uji beton yang diolah ulang kembali untuk menjadi bahan tambah dalam pengujian ini, bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium Beton Institut Teknologi PLN. Pengujian ini dilakukan dengan metode pengujian marshall dan pengujian cantabro, dengan memiliki variasi penambahan agregat dur ulang sebesar 3%, 3,5%, 4%, 4,5%, dan 5%. Dari pengujian laboratorium bina marga didapatkan hasil kadar aspal optimum sebesar 7,2%, sehingga didapatkan hasil pengujian Marshall dengan nilai hasil density, stabilitas, VIM, VMA, dan VFA semuanya memenuhi spesifikasi namun hanya flow bahan tambah variasi 3% dan 3,5% yang tidak memenuhi spesifikasi Bina Marga 2018. Pada pengujian cantabro didapatkan hasil 5,3% (

Asphalt mix is a combination using aggregate and a binder, namely Asphalt. There are several combinations of asphalt mixtures that are commonly used in Indonesia, one of which is the Hot Rolled Shet-Wearing Course (HRS-WC). In Indonesia, the type of pavement used is commonly called flexible pavement or thin asphalt concrete layer (lataston) which divided into two, HRS-WC and HRS-Base. In this research, the surface layer (HRS-WC) is used, which is a graded asphalt mixture that uses a mixture of coarse aggregate and fine aggregate. With an effort to utilize the addition of recycled agreat, namely the rest of the concrete test sample which is reprocessed to be added material in this test, the material was obtained from concrete laboratory of the PLN Institute of Technology. This test was carried out using the marshall test and the cantabro test, with variations in the addition of 3%, 3.5%, 4%, 4,5% and 5%. From here, we get the optimum asphalt content of 7.2%, so that the marshall test results with the results of density, stability, VIM, VMA, and VFA all meet the specifications, but only the flow with variations of 3 % and 3.5% does not meet the requirements. The 2018 bina marga specifications. In the cantabro test, it was found that 5.3% (