Dalam pembuatan konstruksi bangunan, material yang paling umum digunakan adalah beton, Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga ketersediaan material dengan memanfaatkan seluruh sumber tersedia untuk menjaga pasokan kebutuhan dalam pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. pemanfaatan fly ash dan puing-puing bata merah misalnya. Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Fly ash yang digunakan sebagai bahan tambahan agregat semen, sedangkan bata merah digunakan sebagai penambahan agregat halus pasir. Pada penelitian ini penambahan fly ash sebanyak 10% dan variasi bata merah sebesar 10%, 15%, 20% 25% dengan desain perancangan campuran mengacu (SNI-7656-2012), untuk kuat tekan rencana f’c 21MPa, nilai Slump 75-100 mm. Parameter pengujian yang dimaksud adalah uji slump, kuat tekan, dan absorpsi beton, pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14, dan 28 hari, sedangkan pengujian absorpsi hanya pada umur 28 hari. Dari penelitian ini diperoleh bahwa nilai kuat tekan optimum pada beton umur 28 hari terdapat pada variasi 1 (fly ash 10% + batamerah 10%) sebesar 22,269 MPa dengan nilai penyerapan rata-rata 1,96% dan nilai Slump sebesar 9,3 cm . Kuat tekan terendah terdapat pada variasi 4 (fly ash 10% + bata merah 25%) sebesar 17,834 MPa dengan nilai absorpsi sebesar 2,83% dan nilai Slump sebesar 7,6 cm.

In the manufacture of construction, the most commonly used material is concrete. Therefore, it’s very important to maintain the availability of materials by utilizing all available sources to maintain the supply of needs in sustainable infrastructure development. utilization of fly ash and red brick debris for example. This study was conducted to determine how the effect of using fly ash as an additive in cement aggregates, while red bricks were used as an additional material for sand aggregates. In this study the addition of 10% fly ash and variations of red brick 10%, 15%, 20% 25% with a mixed design referring to (SNI-7656-2012), for the compressive strength f 'c design 21MPa, the Slump value is 75-100mm. The test parameters in question are the slump test, compressive strength, and concrete absorption, the compressive strength test is carried out at the age of 7, 14, and 28 days, while the absorption test is only at the age of 28 days. From this study, it was found that the optimum compressive strength of 28 days old concrete was found in variation 1 (fly ash 10% + batamerah 10%) of 22,269 MPa with an average absorption value of 1.96% and a Slump value of 9.3 cm. The lowest compressive strength is found in variation 4 (10% fly ash + 25% red brick) of 17.834 MPa with an absorption value of 2.83% and a Slump value of 7.6 cm.