Saat ini PLTU Suralaya sedang menerapkan system Co-Firing. Cara kerja system tersebut
dengan mencampurkan biomassa sebagai bahan bakar campuran dengan batubara guna
menekan isu lingkungan dan pengurangan emisi gas karbon yang dapat menyebabkan
efek rumah kaca serta mengikuti anjuran pemerintah guna mencapai bauran energi baru
terbarukan (EBT) 23% pada tahun 2025. Unit 1 PLTU Suralaya menerapkan system baru
Co-Firing sejak tahun 2021 dimana system tersebut menggunakan tambahan berupa
biomassa pada bahan bakarnya. PLTU Suralaya tidak hanya menyuplai listrik untuk
konsumen saja. PLTU tersebut butuh daya untuk pengoperasian alat yang membutuhkan
suplai listrik yang cukup besar. Maka dilakukanlah studi penelitian terkait seberapa besar
beban yang dipakai untuk pemakaian sendiri pada PLTU Suralaya khusunya pada unit 1
sendiri. Penelitian ini ditujukan untuk melihat seberapa besar beban pemakaian sendiri
pada saat proses Co-Firing dan dampak apa saja yang terjadi pada saat Co-Firing
diterapkan. Dengan menggunakan metode perhitungan matematis pada beban pemakaian
sendiri. Dari hasil perhitungan bahwa terjadi kenaikan pemakaian sendiri yang
disebabkan bertambahnya peralatan operasi pada proses produksi sebesar 0,29%. Dimana
sebelum Co-Firing 43.545,01 kWh dan sesudah Co-Firing 47.869,31 kWh. Meskipun
terjadi kenaikan beban pemakaian sendiri, tidak melewati peraturan batas maksimal
beban pemakaian sendiri dan dapat memangkas penggunaan bahan bakar batubara.