Sistem distribusi 20 kV juga tidak terlepas dari gangguan yang dapat mengganggu
kontinuitas penyaluran dalam pendistribusian aliran daya listrik ke pelanggan.
Penggantian kubikel pada gardu PM 232 dan DT 88 diakibatkan oleh usia kubikel yang
sudah lama sehingga dapat mengakibatkan kerugian bagi pelanggan karena dengan
adanya pemadaman tersebut dapat mengganggu aktivitas para pelanggan. Dengan
menggunakan metode minim padam dapat meminimalisir waktu lamanya pemadaman.
Pada kegiatan penggantian kubikel 20 kV dan dapat mengurangi ENS (Energy Not
Supplied) sehingga perlu dilakukan perhitungan ENS untuk mengetahui berapakah
kerugian daya yang tidak tersuplai kepada pelanggan. Metode penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini menggunakan metode kuantitatif dengan langkah pengambilan data
pada PT.PLN (Persero) UP3 Lenteng Agung. Dalam perhitungan, energi yang tak
tersalurkan pada kegiatan penggantian kubikel 20 kV dengan menggunakan padam total
di gardu PM 232 yaitu 139,605 kWh dan di gardu DT 88 sebesar 458,418 kWh.
Sedangkan jika menggunakan metode minim padam energi yang tak tersalurkan pada
gardu PM 232 adalah 23,267 kWh dan di gardu DT 88 sebesar 76,403 kWh. Dan untuk
selisih ENS pada penggunaan metode yang berbeda tersebut pada gardu PM 232 sebesar
116,338 kWh dan pada gardu DT 88 sebesar 382,015 kWh. Hal ini setara dengan
keuntungan materi yang didapatkan PLN dari penggunaan metode minim padam tersebut
adalah sebesar Rp. 168.073,509 pada gardu PM 232 dan sebesar Rp. 551.897.070 pada
gardu DT 88.