Sistem kelistrikkan dalam desa terpencil di Indonesia masih menggunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), salah satunya adalah Pulau Burung, Riau.
Pada PLTD Pulau Burung memiliki kendala dalam pemasokkan bahan bakar
dikarenakan jauhnya jarak pengiriman sehingga memengaruhi biaya pengiriman yang
tinggi. Hal ini menyebabkan sistem kelistrikkan di Pulau Burung hanya beroperasi 14
jam dalam sehari. Mengingat potensi limbah kelapa sawit yang berlimpah di Riau,
penulis mensimulasikan sistem hibrid PLTD-PLTBg di Pulau Burung pada perangkat
lunak HOMER Pro dan menganalisis sistem tersebut secara teknis dan ekonomi. Secara
teknis, diperoleh hasil simulasi yaitu total produksi energi 13.858.320 kWh/tahun
dengan persentase PLTBg 26,2% serta menghemat konsumsi bahan bakar mencapai
1.761.008 liter/tahun. Adapun secara ekonomis, dilihat dari Net Present Cost (NPC) dan
Levelized Cost of Energy (LCOE) dimana kedua nilai tersebut lebih rendah ketika
disimulasikan secara hibrid dibandingkan dengan sistem PLTD eksisting. Nilai NPC
dan LCOE diperoleh secara berurutan adalah Rp1.261.695.926.249,27 dan Rp 6.615,34.