Pembangunan infrastruktur kelistrikan di daerah terpencil, khususnyadi Kepulauan Riau, menjadi tantangan kompleks mengingat kondisi geografis yangdidominasi oleh perairan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah pembangunanPembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mengurangi ketergantunganterhadapPembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menggunakan bahan bakar fosil. Alternatif lainnya adalah pembangunan grid tower crossing yang memungkinkandistribusi listrik dari sumber daya eksisting melalui jaringan transmisi jarak menengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan energi di Dusun Selat LimaudanDesa Pulau Mantang serta mengevaluasi kelayakan pembangunan PLTSdantowercrossing sebagai solusi yang berkelanjutan. Metode yang digunakan meliputi analisiskebutuhan listrik, potensi energi surya berdasarkan data iradiasi global, serta evaluasi terhadap efisiensi teknis dan ekonomis dari kedua pilihan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa meskipun PLTS dengan kapasitas terpasang sebesar 65kWpdapat memenuhi kebutuhan energi masyarakat dengan efisiensi yang baik, pembangunangridtower crossing dipilih karena menawarkan keandalan yang lebih tinggi, biaya investasi lebih rendah, dan kemudahan dalam pemeliharaan. Jika tersaambung menggunakanGrid Tower yang bersumber pada PLTD eksisting didapati SFC Awal PLTDeksistingberada di angka 0.3958 dengan Penggunaan BBM 36.604 Liter perbulandanjikadirupiahkan bernilai Rp. 360.414.008 dan terdapat perubahan SFCjika terdapat penambahan Pelanggan Selat Limau sebanyak 58 Pelanggan dengan nilai SFCmenjadi 0.3761 dengan rata rata pemakaian BBM 50.514 liter perbulan dan jika dirupiahkanmenjadi Rp. 497.371.131,dengan demikian, implementasi grid tower crossingdiharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah tersebut serta mendukungtarget pemerintah dalam pencapaian Net Zero Emission pada tahun 2060.

The development of electrical infrastructure in remote areas, particularlyintheRiau Islands, poses a complex challenge given the geographical conditions dominatedby waterways. One solution proposed is the construction of solar power plants (PLTS)to reduce dependence on diesel power plants (PLTD) that use fossil fuels. Anotheralternative is the construction of grid tower crossings, which enable electricitydistribution from existing power sources through medium-voltage transmissionlines. This study aims to analyze energy needs in Selat Limau Village and PulauMantangVillage and evaluate the feasibility of constructing SPPs and tower crossingsassustainable solutions. The methods used include electricity demand analysis, solarenergy potential based on global irradiation data, and evaluation of the technical andeconomic ef iciency of both options. The study results indicate that while anSPPwithan installed capacity of 65 kWp could meet the community's energy needs withgoodef iciency, the construction of a grid tower crossing was chosen because it of ers higherreliability, lower investment costs, and ease of maintenance. If connected usingagridtower sourced from the existing PLTD, the initial SFC of the existing PLTDis 0.3958with fuel consumption of 36,604 liters per month, which is equivalent toRp. 360, 414,008. There is a change in the SFC if there is an increase of 58 customers inSelat Limau, with the SFC value becoming 0.3761, an average fuel consumption of 50,514liters per month, and when converted to rupiah, it amounts to Rp. 497,371,131. Therefore, the implementation of the grid tower crossing is expected to increasetheelectrification ratio in the area and support the government's target of achievingNet Zero Emissions by 2060.