Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi di berbagai wilayah termasuk kota Jakarta. Beberapa dari hujan tersebut dapat menyebabkan banjir dikarenakan daerah resapan air yang kurang memadai serta limpasan air hujan yang mengalir di jalan akibat saluran drainase yang tersumbat. Salah satu inovasi untuk mengatasi masalah tersebut ada jenis beton baru yaitu beton porous. Terbuat dari campuran agregat kasar, semen, abu sekam padi, dan air. Akibat tidak memakai agregat halus tercipta pori pada beton porous. Diharapkan mampu mengurangi genangan air di daerah perkotaan. Dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Abu Sekam Padi Sebagai Substitusi Semen Dan Variasi FAS Dengan Gradasi Seragam Pada Beton Porous”. Dari hasil penelitian beton porous variasi FAS 0,3 ; 0,35 ; 0,4 untuk kuat tekan pada 28 hari yaitu dengan nilai 9,76 MPa, 8,09 MPa, dan 6,24 MPa. Hasil penelitian variasi FAS 0,3 ; 0,35 ; 0,4 untuk kuat tekan terdapat pada umur 7 hari dengan nilai 9,38 MPa,7,35 MPa dan 6,20 MPa. Hasil penelitian variasi FAS 0,3 ; 0,35 ; 0,4 untuk pengujian kuat lentur pada umur 28 hari yaitu 1,11 MPa, 1,06 MPa, 1,03 MPa. Dari hasil pengujian variasi FAS 0,3 ; 0,35 ; 0,4 untuk infiltrasi pada hari ke 28 dengan nilai 0,53 cm/s, 0,71 cm/s dan 0,94 cm/s.

Indonesia has a fairly high rainfall in various areas including the city of Jakarta. Some of this rain can cause flooding due to inadequate water catchment areas and runoff of rainwater flowing on roads due to clogged drainage channels. One of the innovations to overcome this problem is a new type of concrete, namely porous concrete. Made from a mixture of coarse aggregate, cement, rice husk ash, and water. As a result of not using fine aggregate, pores are created in porous concrete. It is expected to be able to reduce waterlogging in urban areas. A study was conducted on "The Effect of Rice Husk Ash As Cement Substitution And Variations Of FAS With Uniform Gradation In Porous Concrete". From the results of the study of porous concrete variations FAS 0.3; 0.35 ; 0.4 for compressive strength at 28 days with values of 9.76 MPa, 8.09 MPa, and 6.24 MPa. The results of the FAS variation study were 0.3; 0.35 ; 0.4 for compressive strength found at the age of 7 days with a value of 9.38 MPa, 7.35 MPa and 6.20 MPa. The results of the FAS variation study were 0.3; 0.35 ; 0.4 for the flexural strength test at the age of 28 days, namely 1.11 MPa, 1.06 MPa, 1.03 MPa. From the results of the FAS variation test 0.3 ; 0.35 ; 0.4 for infiltration on day 28 with a value of 0.53 cm/s, 0.71 cm/s and 0.94 cm/s.