Konstruksi jalan di Indonesia umumnya memakai jenis beton aspal campuran panas, salah satunya ialah stone matrix asphalt atau split mastic asphalt (SMA). Dengan upaya pemanfaatan serat yang berlimpah penggunaan serat dalam campuran aspal dimaksudkan untuk mengetahui kinerja SMA dengan penambahan serat. Pengujian ini menggunakan metode marshall untuk mengetahui karakteristik dari campuran. Variasi kadar serat yang digunakan pada campuran adalah serat kapuk 0,05%+0,2% serabut kelapa, serat kapuk 0,075%+0,2% serabut kelapa, serat kapuk 0,1%+0,2% terhadap berat campuran. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kadar aspal optimum sebesar 6,7%. Hasil stabilitas mengalami peningkatan pada masing-masing variasi dengan nilai 737,94Kg, 980,84Kg, 1045,98Kg, dan 1078,39Kg. Nilai durabilitas marshall pada kadar serat juga mengalami peningktan dengan nilai 85,32%,87,93%,92,57%, dan 93,22%. Berdasarkan data tersebut campuran SMA dengan penambahan serat selulosa dapat meningkatkan kinerja campuran SMA dibandingkan tanpa penambahan serat selulosa. Kadar variasi serat terbaik ialah 0,1%+0,2% karena memiliki nilai stabilitas tertinggi.

Road construction in Indonesia generally uses a type of hot mix asphalt concrete, one of which is stone matrix asphalt or split mastic asphalt (SMA). With the abundant fiber utilization efforts the use of fibers in asphalt mixtures is intended to know the performance of SMA with the addition of fibers. This test uses the marshall method to determine the characteristics of the mixture. Variations in fiber content used in campuran are kapok fiber 0.05%+0.2% coconut fiber, kapok fiber 0.075%+0.2% coconut fiber, kapok fiber 0.1%+0.2% against the mixed weight. Based on the test results obtained optimum asphalt content of 6.7%. Stability results improved in each variation with values of 737.94Kg, 980.84Kg, 1045.98Kg, and 1078.39Kg. Marshall durability values in fiber levels also increased by 85.32%, 87.93%, 92.57%, and 93.22%. Based on the data, sma mixture with the addition of cellulose fibers can improve the performance of SMA mixture compared to without the addition of cellulose fibers. The best fiber variation rate is 0.1%+0.2% because it has the highest stability value.