Penelitian ini dilakukan di PT. PLN Nusantara Power UP PLTU Indramayu untuk mengevaluasi pengaruh metode co firing menggunakan sawdust terhadap efisiensi boiler. standar kandungan bahan bakar yang digunakan adalah kadar abu ≤15 (SNI 13-3478-1994) dan kadar air lembab ≤12 (SNI 13-3477-1994) Metode co firing, yang mencampurkan sawdust dengan batu bara, digunakan untuk mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi energi. Penelitian ini menganalisis performa boiler pada beban 300 MW dan 311 MW dengan variasi campuran sawdust 1% dan 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi boiler menurun saat menggunakan co firing dibandingkan dengan pembakaran batu bara saja. Pada beban 300 MW, efisiensi boiler turun dari 85.550% (coal firing) menjadi 85.302% (co firing 1%) dan 83.268% (co firing 3%). Pada beban 311 MW, efisiensi turun dari 86.305% (coal firing) menjadi 85.323% (co firing 1%) dan 84.446% (co firing 3%). Penurunan efisiensi ini disebabkan oleh kualitas sawdust, rasio campuran yang tidak optimal, dan ketidakstabilan suplai sawdust. Meskipun demikian, penggunaan sawdust sebagai bahan bakar tambahan tetap tepat untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan emisi karbon. Disarankan agar penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas sawdust, teknik pencampuran, dan stabilitas suplai guna mencapai efisiensi yang lebih baik.

This research was conducted at PT. PLN Nusantara Power UP PLTU Indramayu to evaluate the impact of co-firing methods using sawdust on boiler efficiency. The standard fuel content used includes ash content ≤15% (SNI 13-3478-1994) and moist water content ≤12% (SNI 13-3477-1994). The co-firing method, which mixes sawdust with coal, is used to reduce emissions and improve energy efficiency. This study analyzes boiler performance at 300 MW and 311 MW loads with sawdust mixture variations of 1% and 3%. The results show that boiler efficiency decreases when using co-firing compared to coal combustion alone. At a 300 MW load, boiler efficiency decreased from 85.550% (coal firing) to 85.302% (co-firing 1%) and 83.268% (co-firing 3%). At a 311 MW load, efficiency dropped from 86.305% (coal firing) to 85.323% (co-firing 1%) and 84.446% (co-firing 3%). This efficiency decline is due to the quality of the sawdust, an unoptimized mixing ratio, and the instability of sawdust supply. However, the use of sawdust as an additional fuel remains appropriate for reducing coal dependence and carbon emissions. It is recommended that further research be conducted to optimize sawdust quality, mixing techniques, and supply stability to achieve better efficiency.