Dengan semakin meluasnya penggunaan beton dan makin meningkatnya skala pembangunan menunjukkan juga semakin banyak kebutuhan beton sehingga mempengaruhi perkembangan teknologi beton dimana akan menuntut inovasi – inovasi baru mengenai beton itu sendiri. Namun bahan baku yang selama ini diperoleh dari alam cenderung menurun akibat eksploitasi yang terus dilakukan. Saat ini telah banyak dilakukan penelitian untuk penggunaan bahan material lain khususnya limbah padat yang dapat digunakan sebagai material pengganti pembentuk beton. Selama ini pemanfaatan batu apung belum dilakukan secara optimal, pemanfaatan Batu apung sangatlah penting karena material ini banyak sekali ditemui di gunung - gunung Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan fly ash yang banyak terdapat di PLTU – PLTU di Indonesia. Dan untuk menambah kuat tarik pada beton pada penelitian ini juga menggunakan kandungan serat yang berupa serat ijuk untuk pengganti pada pasir. Dari permasalahan tersebut akan dilakukan penelitian tentang pemanfaatan Batu apung sebagai pengganti agregat kasar, fly ash sebagai pengganti semen dan serat ijuk sebagai penganti pasir pada pencampuran beton. Benda uji beton yang dibuat silinder berukuran 15 x 30 cm dan direncanakan sesuai dengan SNI 7656 - 2012, nilai FAS 0,54, slump 75 - 100 mm, proporsi campuran ada 5 variasi yaitu beton normal, campuran Batu apung dengan variasi 0%, 5%, 10%, dan 15%. Fly ash sebagai variabel tetap yaitu 20%. Dan serat ijuk menjadi variabel tetap yaitu 2%. Parameter pengujian adalah kuat tekan, kuat tarik, slump test, absorpsi beton. Untuk pengujian kuat tarik dan absorpsi dilakukan pada hari ke 28, sedangkan untuk pengujian kuat tekan beton dilakukan pada hari ke 7, 14 ,28 dan hasil pengujian pada umur 28 hari, kuat tekan terendah terdapat pada variasi beton ke 4 sebesar 27,616 MPa dengan nilai absorpsi sebesar 4,047%. Kuat tekan tertinggi terdapat pada variasi 1 sebesar 32,44 MPa dengan nilai absorpsi sebesar 4,77. Kuat Tarik belah tertinggi terdapat pada variasi 1 sebesar 1,933 MPa.

With the increasingly widespread use of concrete and the increasing scale of development, it also shows that more and more concrete needs influence the development of concrete technology which will require new innovations regarding concrete itself. However, raw materials which have been obtained from nature tend to decrease due to the ongoing exploitation. At present there have been many studies for the use of other materials, especially solid waste, which can be used as a substitute material for forming concrete. So far, the use of pumice has not been done optimally, the use of Pumice is very important because this material is very much found in the mountains of Indonesia. This study also aims to determine the effect of the addition of fly ash which is widely available in PLTU - PLTU in Indonesia. And to add tensile strength to the concrete in this study also uses fiber content in the form of fibers fibers for substitutes in sand. From these problems, research will be carried out on the use of Pumice as a substitute for coarse aggregate, fly ash as a substitute for cement and palm fiber as a sand substitute for concrete mixing. The concrete specimens made were 15 x 30 cm in size and planned according to SNI 7656 - 2012, FAS values 0.54, slump 75 - 100 mm, mixture proportions there were 5 variations, normal concrete, pumice mix with variations of 0%, 5%, 10% and 15%. Fly ash as a fixed variable is 20%. And palm fiber is a fixed variable of 2%. Test parameters are compressive strength, tensile strength, slump test, concrete absorption. For testing tensile strength and absorption carried out on the 28th day, while for testing the concrete compressive strength carried out on days 7, 14, 28 and the results of testing at 28 days, the lowest compressive strength was in the 4th concrete variation of 27,616 MPa with absorption values amounting to 4.047%. The highest compressive strength is found in variation 1 of 32.44 MPa with an absorption value of 4.77. The highest tensile strength is found.