Perkerasan jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang harus dirancang secara efektif dan efisien, karena kebutuhan tingkat pelayanan jalan semakin tinggi. Penelitian ini membandingkan dua metode untuk menghitung tebal perkerasan kaku yaitu metode Manual Desain Perkerasan Jalan (MDP) 2017 dan AASHTO 1993 pada proyek jalan tol JORR II ruas Kunciran-Serpong paket 2 Parigi-Serpong. MDP 2017 adalah metode terbaru hasil revisi dari peraturan sebelumnya yang dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga tahun 2017. Sementara itu, AASHTO 1993 adalah metode yang berasal dari Amerika Serikat dan sudah dipakai secara umum di seluruh dunia serta diadopsi sebagai standar perencanaan di berbagai negara. Berdasarkan analisa perhitungan tebal perkerasan kaku umur rencana 20 tahun, AASHTO didapatkan hasil sebesar 28 cm dan MDP sebesar 28,5 cm. Untuk umur rencana 40 tahun AASHTO ketebalannya sebesar 37 cm dan MDP sebesar 29,5 cm. Selisih hasil perhitungan kedua metode disebabkan oleh perbedaan parameter dan ketentuan prosedur desain dari masing-masing metode. Perhitungan MDP lebih mudah digunakan karena mengacu pada peraturan Bina Marga dan juga peraturan MDP sudah disesuaikan dengan kondisi karakteristik di Indonesia.

Road pavement is part of road planning that must be designed effectively and efficiently, because the road service level requirements are higher. This research compares two methods to calculate the thickness of rigid pavement, namely the 1993 and AASHTO Road Pavement Design Manual (1993) method on the JORR II toll road project, Kunciran-Serpong package 2 Parigi-Serpong. MDP 2017 is the latest method revised from the previous regulation issued by the Ministry of Public Works, Directorate General of Highways in 2017. Meanwhile, AASHTO 1993 is a method originating from the United States and has been used generally throughout the world and adopted as a planning standard in various country. Based on the calculation analysis of rigid pavement thickness of 20 years plan life, AASHTO obtained results of 28 cm and MDP of 28.5 cm. For a 40-year plan, AASHTO has a thickness of 37 cm and an MDP of 29.5 cm. The difference in the calculation of the two methods is caused by differences in parameters and provisions of the design procedures of each method. MDP calculation is easier to use because it refers to Bina Marga regulations and also MDP regulations have been adjusted to the characteristics of Indonesia.